Program Ramadhan Wakaf Salman Bantu Masjid Hingga Mualaf
BANDUNG---- Wakaf Salman ITB luncurkan rangkaian program Cakeb (Cari Keberkahan Ramadhan). Program-programnya menjangkau Masjid Salman ITB hingga masjid-masjid lokal di Jawa Barat dan masjid mualaf di Banten.
Menurut Direktur Wakaf Salman ITB, Ir. Hari Utomo, semua tahu bahwa bulan Ramadhan ini adalah bulan terbaik.
"Surga dibuka dan semua catatan amal baik diterima Allah. Pada kesempatan ini Wakaf Salman menyampaikan ada tiga program Ramadhan untuk ramadhan tahun ini," ujar Hari, Sabtu (2/4).
Menurutnya, program Cakeb Ramadhan 1443 H/ 2022 M Wakaf Salman ini, mengusung 3 program utama dan berbagai program edukasi spesial Ramadhan. Pertama, Program Borong Berkah Ramadhan berisi paket wakaf untuk tiga sektor penting melalui Wakaf Rumah Sakit Salman JIH Bandung (sektor kesehatan), Wakaf Sarana Prasarana Masjid Salman ITB (sektor keagamaan), dan Wakaf Pendidikan Khairina (sektor pendidikan).
Ketiganya, kata dia, diharapkan dapat menjadi jalan bagi masyarkat khususnya Muslim untuk memborong atau meraih sebanyak-banyaknya berkah pahala jariyah pada bulan Ramadhan.
“Pada prinsipnya kita ingin buat rumah sakit yang melalui rumah sakit itu kita berkhidmat kepada masyarakat. Alhamdulillah pada 30 Maret 2022, kami telah melakukan Peletakan Batu Pertama Gedung Healthcare Center Rumah Sakit Salman JIH Bandung," katanya.
Hari berharap, Masjid Salman, paling bisa menjadi contoh masjid sustainability environmental yang turut berkontribusi bagi kepentingan dunia, bermanfaat dan bisa dipakai dengan nyaman oleh jamaah.
“Wakaf Salman ITB memiliki aset wakaf di daerah Cimenyan yang namanya Kompleks Pendidikan Khairina sebagai model pembinaan desa di mana ada fasilitas pendidikan terpadu. Dari segi sosial kita juga mengembangkan urban farming, serta pengembangan desa sekitar," paparnya.
Cakeb Ramadhan juga, kata dia, mengajak masyarakat untuk gotong royong membenahi fasilitas ibadah yang tersedia. Yakni, melalui program 99 Masjid Ramadhan.Wakaf Salman, kata dia, bersinergi dengan masjid lokal se-Jawa Barat di luar Masjid Salman ITB untuk melengkapi kebutuhan sarana prasarana. Agar layak dan nyaman digunakan jamaah beribadah selama Ramadhan.
Hingga kini, kata dia, Wakaf Salman ITB telah menyebarkan sekitar 5.000 Al-Qur’an melalui Sedekah Syiar Sejuta Mushaf Al quran ke seluruh Indonesia.
“Pada prinsipnya kita ingin menyebarkan kebaikan kepada seluruh saudara kita di Indonesia,” kata Hari Utomo.
Sementara menurut Manajer Divisi Program, Bayu Rian, pihaknya tidak hanya berusaha menyebarkan manfaat untuk Masjid Salman ITB dan sekitarnya tapi juga saudara-saudara di luar sana.
"Seperti program baru untuk Mualaf. Kenapa program mualaf penting, karena sebisa mungkin kita merangkul saudara-saudara se-Islam kita untuk belajar agama bersama. Kami bekerja sama dengan Baitul Wakaf Indonesia untuk mendirikan fasilitas di Badui," paparnya.
Agar, kata dia, Wakaf Salman bisa membina bersama di kawasan terpadu. Yakni, berupa hunian yang layak dan sarana terpadu berupa pesantren juga sarana ekonomi.
Menurutnya, program terakhir yang diusung dan baru dalam Cakeb Ramadhan bernama Desa Wakaf Mualaf Badui. Program ini dibuat karena kebutuhan hidup dan fasilitas ibadah Mualaf Badui yang minim. Jadi Wakaf Salman dan Baitul Wakaf berkolaborasi untuk menjadi perpanjangan tangan masyarakat dalam menyalurkan kebaikan kepada Mualaf Badui.
Terkait program baru Wakaf Salman ITB ini, Hari Utomo menerangkan, program itu salah satu kontribusi pihaknya untuk membantu para mualaf untuk menghadapi kendala-kendala.
"Kita bekerja sama untuk memberikan fasilitas satu integrated kompleks mulai dari rumah ibadah, fasilitas dan lainnya, untuk belajar keislaman, kehidupan, Tanpa dukungan para wakif, program itu tidak bisa terlaksana," katanya.
Kolaborator program Desa Wakaf Mualaf Badui, Baitul Wakaf Indonesia, Rahmat mengatakan, satu hal yang diinginkan adalah bagaimana mereka tidak berjuang sendiri. Karena, hampir di semua pelosok kebanyakan mereka berjuang sendiri.
"Begitu juga dengan Badui, ketika mereka keluar, beragama Islam, mereka keluar dari adat. Ada fasilitas yang mereka butuhkan, pekerjaan, dan sebagainya. Dengan adanya kerja sama ini, harapannya manfaatnya bisa lebih besar dan lebih luas. Bisa bermanfaat dan digulirkan lebih luas lagi," paparnya.
Untuk suku Badui ini, kata dia, yang dilakukan pertama terkait budaya. Yakni, dengan merekonstruksi bangunan maka fasilitas rumahnya disamakan dengan rumah yang biasa mereka tinggali. "Dengan kayu, dan sebagainya. Kedua kita bantu dengan sarana ekonomi. Kita bebaskan lahan, silakan mereka bisa gunakan untuk meneruskan kehidupan,” papar Rahmat. Arie Lukihardianti