Kisah Anak Pengepul Sampah Jadi Sarjana Karena Baitul Maal Hingga Jualan Telur
BANDUNG---- Melanjutkan pendidikan setinggi mungkin tentu menjadi harapan dan cita-cita bagi setiap siswa. Namun, tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Hal ini pun, dirasakan Ridwan Sadali, alumni fakultas Dakwah yang dilantik pada Sabtu, (26/03) di Universitas Islam Bandung (Unisba).
Ridwan, lahir dari anak seorang pengepul. Namun, hal itu tak lantas menyurutkan semangat Ridwan untuk menyelesaikan pendidikan hingga jenjang S1.
Di tengah keterbatasan ekonomi, anak kedua dari tiga bersaudara ini membuktikan dirinya berhasil lulus menjadi sarjana melalui program beasiswa Baitul Mal Unisba.
Setelah mengenyam bangku pendidikan selama empat tahun, Ridwan berhasil lulus dari Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam dengan IPK 3.65, yudisium Pujian.
“Jujur dulu saya tidak pernah berfikir untuk bisa kuliah karena kondisi ekonomi terbatas. Alhamdulillah usai menyelesaikan masa pendidikan di Pesantren Baitul Hidayah selama 6 tahun, saya menjadi salah satu orang yang terpilih untuk mendapatkan beasiswa full dari Baitul Maal Unisba,” ujar Ridwan.
Meskipun mendapatkan beasiswa, perjalanan kuliah Ridwan tidaklah berjalan mulus. Salah satu titik terberat yang harus dia lalui adalah ketika menerima keputusan bahwa sang ayah divonis terkena penyakit kanker pada tahun 2020.
“Selama Bapak sakit di tahun 2020, kita sudah tidak punya pamasukan. Bahkan, kami sampai menghutang ke saudara," katanya.
Untuk meringankan biaya berobat ayahnya, Ridwan juga sempat berjualan aksesoris wanita dan suplemen secara online. Lalu menjadi reseller telur. "Bahkan, ibu harus menjual aset tanah juga untuk memenuhi kebutuhan saat itu,” katanya.
Tak disangka, setelah berjuang selama dua tahun, Ridwan harus menelan kenyataan bahwa sang ayah harus berpulang pada tanggal 25 Februari 2022. Ridwan mengatakan, meskipun sang ayah tidak bisa hadir di moment wisuda, namun dia bersyukur karena bisa mendapat gelar sarjana sebelum sang ayah wafat.
Menurut Ridwan, meskipun keluarganya tidak memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi. Justru hal tersebut malah mendorongnya untuk dapat meraih gelar sarjana. Dia pun mendapat dukungan penuh dari orang tuanya selama Ridwan bisa menjaga hafalan Al-Qur’anya selepas lulus dari pesantren.
“Pesan dari Ibu lebih kepada doa. Semoga Ridwan masih bisa dikumpulkan dengan orang-orang yang menghafal, menjaga, dan mengamalkan Al-Qur’an. Alhamdulillah selama masuk Unisba dan masuk Baitul Maal, saya dipertemukan dengan orang-orang yang sama-sama mengafal Al-Qur’an,” katanya.
Program beasiswa Baitul Maal adalah program bantuan biaya pendidikan yang diberikan Unisba kepada mahasiswa yang memiliki potensi akademik, namun kurang mampu secara ekonomi.
Selain itu, untuk mempertahankan beasiswa tersebut, mahasiswa dituntut untuk bisa meningkatkan hafalan surat Al-Qur’an di setiap semesternya. Ridwan mengatakan, selama berkuliah di Unisba, dia berhasil meningkatkan hafalannya yang awalnya 5 juz menjadi 10 juz.
Selama kuliah, Ridwan aktif di oeganisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas angakatan 2019-2020 sebagai ketua divisi pendidikan. Dia juga aktif dalam berbagai kegiatan dan banyak menorehkan prestasi semasa berkuliah di Unisba antara lain meraih juara 2 kaligrafi dekorasi di Fakultas Dakwah 2017 , mendapat juara 3 badminton tingkat fakultas tahun 2017, juara 1 pidato di porseni dakwah 2017 , juara 2 futsal 2018 dan pemenang artikel dan presentasi terbaik pada ajang Spesia 2022 Unisba dari Fakultas Dakwah.
Setelah lulus kuliah, pria kelahiran 3 September 1997 berkeinginan untuk mengikuti Program Kaderisasi Ulama (KPU) Gontor selama 6 bulan di bulan Juli. Selama di sana Ridwan berharap bisa menyelesaikan hafalan Al-Qur’annya sampai 30 juz. Selain itu, Ridwan juga berharap di tahun depan dirinya bisa mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi S2 di Malaysia. Kisah Ridwan memang menginspirasi. Ia pun berpesan, bagi mahasiswa yang sedang berjuang mencari ilmu, tetap berusaha dan berdoa karena Allah akan menolong hambanya yang mau bekerja keras.
“Pesan saya kepada seluruh anak muda yang ingin kuliah tapi terhambat ekonomi, jangan pernah merasa ekonomi orang tua adalah penghambat untuk menggapai cita-cita. Peran orang tua hanyamembantu karena kita lah berupaya memperjuangan cita-cita. Lelah boleh tapi jangan sampai menyerah menggapai cita-cita,” paparnya. N Arie Lukihardianti