Minyak Goreng untuk Si Miskin, Dari Pakai 'Kencleng' Hingga Aplikasi
Sudah beberapa hari ini, tukang batagor dan cakue langganan Reni Novi (40 tahun) Warga Pasir Layung Kota Bandung, tak berjualan.
Reni, mengeluhkan hal itu karena ia kehilangan camilan enak kesukaannya. Kalau membeli ke tempat lain, Reni khawatir tak akan seenak batagor dan cakue langgananya itu.
"Saya sampai nyari beberapa hari. Eh ketemu //emang// penjual batagor katanya ga jualan soalnya minyaknya mahal, jarang juga dipasaran. Kan kasian, harga minyaknya ga nutup sama keuntungan //emang// yang tak seberapa," ujar Reni kepada Bandung24jam.
Kondisi tersebut, mungkin tak hanya dirasakan oleh pedagang batagor dan cakue di Kota Bandung saja. Semua pedagang kecil yang untungnya tak seberapa, mengeluhkan hal ini.
Pemerintah daerah pun, mulai memperhatikan jeritan pedagang kecil. Belum lama ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung berkolaborasi dengan PDAM Kota Bandung dan Pusat Zakat Umat membagikan minyak goreng kepada warga. Pembagian minyak goreng ini melibatkan Forum RW Kota Bandung sebagai kolaborator di lapangan.
Sumber dana pembagian minyak goreng ini berasal dari patungan kolektif karyawan PDAM. Patungan dengan istilah ‘kencleng’ (kotak amal,red) ini menghasilkan 1.180 minyak goreng yang dibagikan kepada masyarakat.
Menurut Plt Wali Kota Bandung Yana Mulyana mengapresiasi pembagian minyak goreng ini. Menurutnya, kebaikan kecil seperti ini bisa menjadi sesuatu yang besar jika dilakukan secara masif.
Yana berharap, aksi kolektif ini dapat menjadi percontohan di berbagai wilayah, khususnya Kota Bandung.
“Mudah-mudahan, ke depannya bentuk kebaikan ini bisa berubah-ubah sesuai dinamika kebutuhan masyarakat,” katanya.
Sementara itu, untuk memudahkan masyarakat memperoleh minyak goreng, Pemprov Jawa Barat akan membuat aplikasi pemesanan minyak goreng.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan, pemesanan melalui aplikasi ini hanya di saat krisis saja karena negara tidak berjualan dengan rakyatnya secara permanen.
"Sistem ini hanya di saat krisis ya karena negara tidak berjualan dengan rakyatnya secara permanen. Jadi pemesan di aplikasi ini akan berhenti kalau kondisi sudah normal," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil saat operasi pasar minyak goreng di halaman kampus Institut Pertanian Bogor, Kamis (24/3/2022).
Emil mengatakan, aplikasi pemesanan minyak goreng saat ini sedang disiapkan oleh unit kerja Jabar Digital Service. Rencananya aplikasi ini akan diluncurkan minggu depan.
"Ini dalam rangka menolong masyarakat walaupun bukan kewenangannya dalam urusan minyak goreng tapi kami terus cari cara memudahkan urusannya. Jadi kita akan launching aplikasi pemesanan minyak goreng, aplikasinya dibikin oleh Jabar Digital Service," katanya.
Adapun teknis pemesanan minyak goreng di aplikasi tidak bisa oleh pribadi melainkan dikoordinasi oleh RW dengan prioritas wilayah yang harganya minyak gorengnya masih tinggi.
Selain untuk meredam lonjakan permintaan karena RW lebih mengetahui siapa saja warga yang paling membutuhkan minyak goreng.
"Nanti dikontrol oleh RW tidak boleh pribadi-pribadi karena RW yang tahu warga mana yang membutuhkan sehingga yang menengah atas ambil yang premiun yang menengah bawah yang kita lindungi," papar Emil.
Setelah dipesan oleh RW, kata dia, minyak goreng curah akan langsung didistribusikan. Harga yang ditetapkan pun adalah harga normal.
Emil mengatakan, untuk tahap satu pemesanan minyak goreng via aplikasi pihaknya menyediakan sebanyak 1 juta liter minyak goreng.
"Disesuaikan dengan ketersediaan stok, tapi 1 juta liter kita akan siapkan di tahap satu," katanya.
Menurut Emil, cara tersebut sebagai bentuk bahwa negara hadir selain untuk memotong mata rantai yang membuat harga minyak goreng mahal.
"Ini adalah cara negara hadir untuk memotong mata rantai yang membuat harga minyak goreng mahal," katanya.
Sementara dalam operasi minyak goreng di kampus IPB, PT Agro Jabar selaku distributor menyediakan 2.004 liter dengan harga Rp14 ribu per liternya.
Kang Emil memastikan, di samping menyediakan aplikasi pemesanan minyak goreng, pihaknya juga terus menggelar operasi pasar di berbagai daerah.
"Kita juga terus menggelar operasi pasar, kali ini karena kebetulan saya ada kegiatan di Bogor tapi di tempat lain juga sedang berlangsung," katanya. Arie Lukihardianti