Home > Wisata

Jalan Braga, Kawasan Ikonik yang Menyimpan Cerita Asal Muasal Bandung Kota Kembang

Di zaman modern saat ini, Jalan Braga masih tetap hidup. Walaupun bangunan Art Deconya masih banyak yang dipertahankan, tapi aktivitas perekonimian dan pariwisata sangat hidup di Jalan Braga.
Kawasan Jalan Braga/Edi Yusuf Republika
Kawasan Jalan Braga/Edi Yusuf Republika

BANDUNG---Jalan Braga, di Kota Bandung menjadi salah satu kawasan yang sangat terkenal di Kota Bandung. Karena, kawasan pertokoan di Jalan Braga sangat unik dengan bangunan Art Deconya.

Braga, memang jalan yang cukup dikenal sejak masa pemerintahan Hindia Belanda. Bahkan, sampai saat ini nama jalan tersebut tetap dipertahankan sebagai salah satu maskot dan objek wisata kota Bandung yang dahulu dikenal sebagai Parijs van Java.

1. Jalan Braga sendiri, awalnya hanyalah sebuah jalan becek dan berlumpur yang sering dilewati pedati pengangkut kopi. Makanya, jalan ini sering disebut sebagai Pedatiweg atau jalan yang sering dilalui pedati. "Weg" dalam bahasa Belanda berarti "jalan" atau "jalanan".

Pedati-pedati ini mengangkut kopi hasil dari pemberlakuan cultuurstelsel (Politik Tanam Paksa) oleh pemerintah Hindia Belanda dari tahun 1831 sampai 1879. Kopi sebagai salah satu hasil bumi dari tanah Priangan harus dikirimkan ke tempat pengemasan bernama Koffie Pakhuis (Gudang Kopi) melalui jalan ini.

2. Sumber lain mengatakan kalau “baraga” merujuk pada jalan di tepi sungai. Jalan Braga ini memang terletak di tepi Sungai Cikapundung. Menurut penulis sejarah Haryoto Kunto, kata "Braga" berasal dari bahasa Sunda “Ngabaraga” yang artinya bergaya, nampang, atau mejeng.

3. Awalnya Jalan Braga adalah sebuah jalan kecil di depan pemukiman yang cukup sunyi sehingga dinamakan Jalan Culik karena cukup rawan, juga dikenal sebagai Jalan Pedati (Pedatiweg) pada tahun 1900-an. Jalan Braga menjadi ramai karena banyak usahawan-usahawan terutama berkebangsaan Belanda mendirikan toko-toko, bar dan tempat hiburan di kawasan itu seperti toko Onderling Belang.

4. Kemudian pada dasawarsa 1920-1930-an muncul toko-toko dan butik (boutique) pakaian yang mengambil model di kota Paris, Prancis yang saat itu merupakan kiblat model pakaian di dunia. Dibangunnya gedung Societeit

5. Concordia yang digunakan untuk pertemuan para warga Bandung khususnya kalangan tuan-tuan hartawan, Hotel Savoy Homann, gedung perkantoran dan lain-lain di beberapa blok di sekitar jalan ini juga meningkatkan kemasyhuran dan keramaian jalan ini.

6. Namun sisi buruknya adalah munculnya hiburan-hiburan malam dan kawasan lampu merah (kawasan remang-remang) di kawasan ini yang membuat Jalan Braga sangat dikenal turis. Dari sinilah istilah Kota Bandung sebagai kota kembang mulai dikenal. Sehingga perhimpunan masyarakat Bandung saat itu membuat selebaran dan pengumuman bertuliskan:

“"Para Tuan-tuan Turis sebaiknya tidak mengunjungi Bandung apabila tidak membawa istri atau meninggalkan istri di rumah,"

7. Di zaman modern saat ini, Jalan Braga masih tetap hidup. Walaupun bangunan Art Deconya masih banyak yang dipertahankan, tapi aktivitas perekonimian dan pariwisata sangat hidup di Jalan Braga.

Kawasan Braga, menjadi tempat nongkorngnya milenial Bandung. Karena bangunan Art Deco yang terlantar diubah menjadi cafe dan restoran. Aktivitas seniman yang menjual lukisan pun sangat hidup di Jalan Braga.

8. Di masa pemerintahan Wali Kota Bandung Dada Rosada, jalan Braga mulai dipercantik dengan batu andesit. Kemudian, pemolesan jalan Braga dilanjutkan di era Wali Kota Ridwan Kamil.

9. Tak hanya jalan, Ridwan Kamil mengubah semua ornamen Jalan Braga menjadi lebih cantik dan indah. Lengkap dengan lampu dan hiasan batu bulat di sepanjang Jalan Braga membuat kawasan elit dari zaman Belanda ini semakin instagramable untuk berfoto. Bagi pelancong, tak lengkap rasanya kalau datang ke Kota Bandung tak berfoto di Jalan Braga. Arie Lukihardianti

× Image