5 Keunikan Ketika Bersambang ke Kampung Adat Cireunde
CIMAHI -- Seratus tahun lalu, monopoli beras yang dilakukan Belanda membuat satu kampung di Cimahi memutuskan untuk berhenti makan nasi. Sebagai gantinya, mereka menggunakan singkong sebagai makanan utama mereka.
Kampung itu adalah Kampung Adat Cireunde yang berada di Leuwi Gajah, Cimahi. Kampung Cireunde sendiri berisi satu RW dengan enam RT dani total 80 kepala keluarga.
Kini, Kampung Cireundeu pun menjadi pilihan destinasi wisata menarik untuk dikunjungi. Bersama Cerita Bandung, kami berkesempatan untuk mengunjungi Kampung Adat Cireundeu.
1. Asal mula masyarakat Kampung Cireundeu tak konsumsi nasi
Pengunjung yang datang ke Kampung Adat Cireunde akan disambut oleh kalimat:
"TEU BOGA SAWAH ASAL BOGA PARE, TEU BOGA PARE ASAL BOGA BEAS, TEU BOGA BEAS ASAL BISA NYANGU, TEU NYANGU ASAL DAHAR, TEU DAHAR ASAL KUAT." — Kampung Adat Cireundeu
Inti dari kalimat tersebut adalah manusia akan tetap kuat meskipun tanpa mengkonsumsi nasi. Namun, masyarakat Kampung Cireunde sendiri membutuhkan waktu enam tahun lamanya untuk mengembangkan rasi, atau nasi yang dibuat dari singkong.
2. Menyusuri hutan dengan telanjang kaki
Selain mencoba sensasi makan rasi, wisatawan pun dapat menikmati alam dengan menyusuri hutan. Kampung Adat Cireundeu memiliki luas 64 hektar dimana 60 hektar diantaranya digunakan untuk perkebunan.
Menariknya, wisatawan menikmati alam dengan tanpa menggunakan alas kaki. Hal ini memiliki makna bagaimana manusia bersatu dengan alam dan merasakan apa yang alam rasakan selama ini. Namun perlu diingat untuk tidak menggunakan pakaian bernuansa merah.
3. Mata air di Situs Nyimas Ende
Kampung Adat Cireundeu memiliki Situs Nyimas Ende yang berisi mata air. Mata air tersebut seringkali digunakan umat Hindu untuk melakukan Melasti atau upacara mensucikan diri.
Untuk menuju situs tersebut, wisatawan harus menaiki 99 anak tangga. Sayangnya, perempuan yang sedang datang bulan dilarang untuk memasuki kawasan Situs Nyimas Ende.
4. Puncak Salam
Ujung dari penyurusan hutan di Kampung Adat Cireundeu adalah Puncak Salam. Dari Puncak Salam, pengunjung bisa menikmati landscape pemandangan menghadap ke Padalarang, Kabupaten Bandung Barat.
Untuk mencapai Puncak Salam, dibutuhkan waktu hanya satu jam saja dengan berjalan kaki, tentunya tanpa menggunakan alas kaki. Sebelum masuk ke Puncak Salam, akan ada hutan pinus dan saung kecil yang menyambut wisatawan untuk menikmati waktu istirahat.
5. Oleh-oleh serba singkong
Tak lengkap rasanya ketika berkunjung ke Kampung Adat Cireunde tanpa membeli oleh-oleh. Menariknya, seluruh oleh-oleh yang dijual adalah makanan yang merupakan olahan singkong.
Dengan harga dari 15 ribu saja, wisatawan bisa membeli seroja, egg roll, opak bumbu, simping, keripik bawanv dan olahan makanan lain dari singkong. Bahkan masyarakat sekitar membuat dendeng yang berasal dari kulit singkong.