Home > Serba Serbi

Alumni Unpas Berinovasi Buat 'Kimceuy' Padukan Kimchi dengan Peyeum, Hasilkan Rasa Sensasional

Simon, membuat inovasi KIMCEUY yaitu singkatan dari Kimchi dan Peuyeum. Kimchi makanan sehat dari Korea dan Peuyeum berasal dari Indonesia lalu di gabung.
Pameran produk pangan lokal dan poster penelitian di Unpas
Pameran produk pangan lokal dan poster penelitian di Unpas

BANDUNG-----Program Sarjana Teknologi Pangan dan Magister Teknologi Pangan Universitas Pasundan (Unpas) menggelar seminar nasional memperingati Hari Pangan Sedunia dengan tema “Indigenous Knowledge untuk Pengembangan Kearifan Pangan Lokal”, di Kampus Pascasarjana Unpas, Jl Sumatera Kota Bandung, Senin (23/10/2023).

Selain itu, digelar juga pameran produk pangan lokal dan poster penelitian yang diikuti oleh 26 tenan.

Salah satu pemilik produk pangan lokal Simon Yudistira Sanjaya yang mengikuti pameran ini mengaku sangat senan. Sekaligus kewalahan karena banyak pembeli datang ke stand makanannya.

Simon, membuat inovasi “KIMCEUY” yaitu singkatan dari“Kimchi” dan “Peuyeum”. Menurutnya, Kimchi makanan sehat dari Korea dan Peuyeum berasal dari Indonesia lalu ia gabung.

"Kimchi kan asem, peuyeum kan manis asam. Jadi tadi pada penasaran banyak yang beli sampai kewalahan,” ujar Simon Alumni Teknik Pangan Unpas tahun 1989 ini.

Menurutnya, saat kuliah ia diberi tahu oleh dosennya harus bisa memadukan atau mengkombinasikan sesuatu yang baru, lezat dan bergizi.

“Karena saya adalah alumni Teknologi Pangan Unpas, saya bisa membuat kimchi, tapi kalau kimchi aja kan bosen. Setelah saya padukan dengan peuyeum ternyata bisa menjadi rasa yang sensasional,” katanya.

Sementara menurut Direktur Dewan Eksekutif BAN PT yang juga Anggota dari Ahli Aliansi Pertanian Indonesia, Prof Dr Ir Ari Purbayanto, MSc, perguruan tinggi harus berperan untuk mengenalkan pangan lokal, pengganti beras kepada masyarakat juga mahasiswanya. Karena, tanpa peran edukasi dan pelatihan dari perguruan tinggi, maka belum banyak masyarakat umum yang memahami, menggalakan dan mengembangkan pangan lokal.

“jadi memang perlu peran perguruan tinggi untuk mensosilisasikan pangan lokal ini. Karena pemerintah sudah memiliki kebijakan dan ada keterbatasan dalam hal sosilisasi,” ujar Prof Ari usai Seminar.

Prof Ari mengatakan, beberapa perguruan tinggi khususnya yang unggul dan mapan seperti Unpas, sudah bergerak dalam edukasi dan pelatihan kepada masyarakat umum khususnya menggalakan pangan lokal.

“Harapannya kedepan peran dari perguruan tinggi harus memiliki peran sentralistik di dalam edukasi lokal pangan ini," katanya.

Kemudian, kata dia, penemuan IPTEK di banyak perguruan tinggi yang memiliki hasil inovasi jangan hanya diam di kampus. Serta, selesai di pulbikasi ilmiah, tidak diterapkan kemasyarakat.

Karena kedepan, kata dia, tuntutannya bukan hanya hasil inovasi yang menjadi buku publikasi jurnal. Namun, yang penting hasil inovasi itu dimanfaatkan oleh masyarakat.

"Tapi itu yang belum dilakukan sekarang. Jadi bisa saja nanti jika akan menjadi professor ditanya, benarkan hasilnya sudah dimafaatkan ke masyarakat?" katanya.

Menurutnya, berbagai inovasi temuan di perguruan tinggi tanpa dimafaatkan oleh masyarakat, maka tidak akan memiliki hasil guna yang baik untuk pembangunan bangsa dan negara.

Di tempat yang sama, Rektor Unpas Prof Dr Ir H Eddy Jusuf Sp,MSi MKom IPU, indigenous knowledge bukan hanya di bidang pangan saja. Tetapi, disetiap daerah dan geografi itu ada indigenous knowledge.

“Bisa diberbagai bidang yang belum terupload, dan saat ini karena bertepatan dengan Hari Pangan Sedunia, maka di bidang pangan itu sendiri harus ada peran perguruan tinggi, bagaimana indigenous knowledge atau pengetahuan seperti pengalaman belum dimodifikasi dalam keilmuan. Jadi bagaimana dari teks knowledge menjadi eksplisit knowledge,” paparnya.

Saat ini, kata dia, memang diperlukan peran perguruan tinggi agar negara tak mengandalkan lagi impor pangan dari negara lain. Salah satunya, tetap mensosilisasikan pangan lokal di daerahnya.

× Image