Agar Siap Petik Bonus Demografi, Perguruan Tinggi Harus Adaptif dengan Dunia Kerja
BANDUNG---- Indonesia, akan mendapatkan bonus demografi pada 2045. Namun, hal tersebut harus ditunjang dengan kesiapan anak muda dan angkatan kerja mudanya agar menjadi orang yang cerdas, pintar, dinamis, inovatif dan kreatif.
Menurut Kepala Puslitbang Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Dr Nusirwan SAg MSi, inovasi dan kreativitas ini akan lahir apabila mereka benar-benar menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
"Namun kelemahan saat ini masih banyak perguruan tinggi yang belum adaptif terhadap dunia kerja," ujar Nursiwan kepada wartawan usai membuka acara Pelatihan Google Analytics dan SEO di Kampus Unisba, Selasa (17/10/2023).
Padahal, kata dia, hal ini tidak bisa ditawar lagi. Karena, di dunia profesional dunia industri berharap dan berkeinginan itu punya tenaga dan karyawan yang profesional di bidangnya.
"Sementara kurikulum di kita di perguruan tinggi banyak yang masih mengajarkan ilmunya itu-itu saja, tidak berkembang. Dengan kata lain dosen kalau mau membuat kurikulum itu apa yang disusun dan dibuatnya seakan-akan mahasiswanya itu sama seperti dirinya dia nanti yang akan diproduksi," paparnya
Padahal, kata dia, di luar kampus itu sudah berubah. Misalnya dengan kehadiran chat GPT, menjadi tantangan yang harus dijawab.
"Ditambah dengan kondisi yang infrastruktur kita sedang berkembang yang akan kita siapkan untuk masa depan anak-anak kita," katanya.
Dengan faktor bonus demografi tadi, kata dia, pihaknya berharap melalui Kementerian Kominfo dan Digital Talent Scholarship (DTS), mereka menjadi orang-orang yang seusai harapan visi Indonesia 2045 sebagai negara yang maju.
"Seperti yang digelar kegiatan saat ini yakni bekerja sama dengan Google ini Ini Salah satu program yang memang kita siapkan," katanya.
Dikatakan, program DTS secara garis besar dibagi menjadi delapan Akademi, yaitu: Fresh Graduate Academy (FGA), Vocational School Graduate Academy (VSGA), Thematic Academy (TA), Professional Academy (ProA), Government Transformation Academy (GTA), Digital Entrepreneurship Academy (DEA), Digital Leadership Academy (DLA), dan Talent Scouting Academy (TSA).
"Kita berharap dari mahasiswa ini ada yang bisa menjadi pengusaha meskipun statusnya mahasiswa yang masih belajar. Karena saat ini banyak anak-anak muda yang sudah memperoleh penghasilan yang besar dengan memanfaatkan IT melalui video kontennya atau e-commercenya, dan lainnya," paparnya.
Dengan cara pengenalan seperti ini, kata dia, diharapkan akan mendatangkan motivasi belajar bagi mereka. Selain itu, pihaknya juga berharap Unisba dan perguruan tinggi lain juga masyarakat umum juga mengikuti program-program yang bersertifikat profesional di bidang IT dengan program yang diadakan oleh Kominfo.
"Dengan begitu, khususnya bagi mahasiswa mereka kelak sudah lulus bisa memiliki sertifikat pendamping ijazah. Dan ini menjadi keuntungan bagi mereka," katanya.