ATM Beras, Buat Warga Bandung Tersenyum Dapat Beras Gratis Tanpa Berdesak-desakan
Di saat harga beras terus merangkak naik, Wajah Nai Rohmah (40 tahun) justru terlihat sumringah saat ia mendapatkan beras lewat ATM beras. Selain bisa mendapatkan beras gratis setiap pekan, Rohmah pun tak perlu mengantri berdesak-desakan atau panas-panasan demi mendapat beras gratis.
Padahal di berbagai tempat, pembagian beras dan sembako gratis, kerap membuat rusuh. Karena, para penerimanya harus berebut dan berdesak-desakan.
Namun, Ibu dua anak tersebut, sekarang tak pernah kesulitan lagi mendapatkan beras. Karena, cukup datang ke ATM beras yang ada di kawasan Masjid Salman maka beras sudah di tangan.
Selama ini, Rohmah memang harus berjuang mendapatkan beras sejak suaminya wafat pada tahun 2016 silam.
Ia pun sempat terpuruk, karena merasa tidak sanggup mengurus anak-anak sendirian.
"Saya bahkan sempat pulang ke rumah orang tua di kampung (Garut). Namun saya juga terpikir tidak bisa berlarut dalam kesedihan, karena anak-anak tidak boleh sampai putus sekolah. Akhirnya saya kembali ke Bandung demi anak-anak,” ujar Rohmah, Selasa (31/1).
Untuk bisa menyambung kehidupannya, Rohmah pun akhirnya menjadi penjahit. Bila dirata-ratakan dalam sehari ia hanya bisa mendapatkan 50 ribu saja. Namun profesi ini tidak setiap hari dibutuhkan orang lain. Sehingga pendapatannya pun sering jauh dari cukup.
Di sisi lain, Rohmah juga patut berbangga, sebab di tengah keterbatasan yang ada, ia bisa menyekolahkan anak-anaknya ke pendidikan yang lebih tinggi. Dua anaknya berkuliah di universitas swasta ternama. Anak tertuanya kuliah dengan bantuan pemerintah, satunya lagi baru masuk kuliah dan sedang mengusahakan bantuan yang sama.
Selain Rohmah, Empong Sutrisno (60 tahun) juga turut berseri ketika mendapatkan beras gratis. Empong merupakan penjual kopi. Setiap hari, selepas shalat subuh biasanya ia langsung pergi mendorong gerobak berjalan kaki. Tidak banyak untung yang ia dapatkan. Dalam sehari ia hanya mendapatkan Rp 30 ribu saja.
"Sudah 5 tahun saya berjualan kopi. Memang penghasilan tidak seberapa. Alhamdulillah uang yang didapat dicukup-cukupkan saja. Kalau hari itu tidak menghasilkan uang, anggap saja seharian berkeliling diniatkan sebagai olahraga,” kata Empong.
Baik Rohmah ataupun Empong menyampaikan terima kasih atas bantuan beras melalui program ATM Beras yang didapatnya dari Rumah Amal Salman.
ATM Beras ini, merupakan karya inovasi alumni ITB Teknik Elektro, Budiaji. Budi mengatakan, pihaknya termotivasi membuat ATM beras karena ia seringkali merasa miris dengan kondisi warga yang harus antri, berdesakan, bahkan terinjak-injak hanya demi untuk mendapat bantuan, khususnya beras.
Pada 2012, Budi yang memang senang mengulik teknologi kemudian memiliki ide untuk menciptakan sebuah alat yang lebih elegan, sistematis, dan juga manusiawi. Kemudian, lahirlah ATM Beras yang sistemnya seperti mengambil uang di mesin ATM.
“Orang-orang khususnya kepala keluarga seringkali merasa stres karena tidak mendapatkan beras untuk makan. Oleh karenanya, ATM Beras ini bisa menjadi solusi, dan mereka tidak perlu antri dan berdesakan,” kata Budi.
Hingga saat ini, hampir 600 unit ATM Beras sudah tersebar di beberapa wilayah Indonesia dan luar negeri, termasuk yang diberikan kepada Rumah Amal Salman.
Program ATM Beras bersama Rumah Amal Salman menjadi kali kedua. Sebelumnya, program ini pernah terlaksana pada tahun 2017 dan sempat viral di masanya.
“Salman tempatnya teknologi. Saya ingin banyak teknologi tepat guna yang tercipta dari sini. Dalam hal ini kita perlu berkolaborasi. Rumah Amal Salman berperan untuk menghubungkan antara pencipta teknologi dan juga penerima manfaatnya sehingga kebermanfaatan untuk umat bisa lebih luas,” papar Budi.