Masjid Salman Bagikan Tangan dan Kaki Palsu Prostetik Bebaskan Gerak Difabel
BANDUNG---Ada yang berbeda di Gedung Serbaguna Masjid Salman, Selasa (13/12). Sekitar tujuh orang difabel wajahnya terlihat sumringah.
Salah satunya, Meisya Meida gadis cilik warga Sukabumi yang terlihat sangat senang. Ia memainkan tangan palsu prostetik yang mirip tangan Iron Man dan baru saja ia peroleh dari Rumah Amal Salman,
Meisya, terlihat masih beradaptasi dengan tangan palsu itu. Ia mencoba mengambil gelas dengan tangan palsunya. Beberapa kali, gelas malah terguling. Tanpa patah semangat, Meisya terus mencoba mengambil gelas plastik tersebut hingga akhirnya bisa dipegang oleh tangan palsunya.
"Memang harus beradaptasi. Tapi senang banget bisa dapat tangan palsu ini. Jadi bisa belajar, membantu mama, dan main sama teman-teman sekolah lagi" ujar Siswa kelas 3 SD Ciwangi Sukabumi ini kepada wartawan di kantor Rumah Amal Salman ITB, Selasa (13/12).
Menurut Meisya, selain senang ia pun semakin percaya diri untuk mengejar cita-ciyanya yang ingin menjadi ustadzah. "Saya ingin jadi ustadzah soalnya ayah juga guru ngaji. Pakai tangan
Disamping Meisya, ayahnya bernama Muhammad Nidar (42 tahun) terlihat bahagia. Menurut Nidar, ia senang anaknya akhirnya mendapatkan tangan palsu. Karena, tangan palsu yang sebelumnya dipakai Meisya rusak.
Nidar menceritakan, awalnya Meisya terlahir normal. Namun, saat usia 7 tahun, Meisya terjatuh di ketinggian 1 meter ketika berjalan dengan ibunya. Akibat jatuh, tulang tangan kiri putri ketiganya itu patah dan harus diamputasi.
"Tangan palsu harganya cukup mahal. Kalau yang bagus bisa sampai puluhan juta. Anak saya sempat menabung untuk membeli tangan palsu dari uang jajan. Alhamdulillah ada yang memberi gratis tapi rusak sekarang Salman memberikan gratis lagi," paparnya.
Senada dengan Meisya, Dimas Chandra Priatama (22) mengaku senang mendapatkan kaki palsu gratis. Karena, saat ini Dimas hidup dengan kondisi yang tidak normal dibanding anak seusianya. Dia telah kehilangan kaki kanannya ketika masih duduk di kelas 2 SMA.
Kondisi ini bermula saat Dimas yang merupakan warga Karawang ini mengalami kejadian memilukan di lingkungan rumahnya sekitar tahun 2015. Sebuah tembok yang rapuh, tiba-tiba menimpa Dimas hingga mengakibatkan kaki kanannya patah sampai ke bagian lutut.
Setelah kejadian itu, Dimas dan orang tuanya mencoba mencari penyembuhan dengan mendatangi pengobatan alternatif patah tulang. Namun apa daya, semua ahli patah tulang tidak bisa menyelamatkan kaki Dimas hingga harus diamputasi.
“Setelah kecelakaan itu, dua tahun saya nyari ahli patah tulang buat nyelamatin supaya enggak diamputasi. Tapi ternyata enggak mempan. Akhirnya harus diamputasi juga,” kata Dimas saat berbincang dengan awak media
Dimas menjadi salah satu penerima bantuan kaki palsu dari Rumah Amal Salman. Dimas bersama 6 anak-anak difabel lain mendapat bantuan tangan dan kaki palsu untuk memudahkan aktivitas mereka sehari-hari.
Dimas mengatakan, kaki kanannya diamputasi pada 2017. Selain karena tekadnya ingin bangkit dari keterpurukan, kaki kanan Dimas juga sudah mengalami pembusukkan. Jika tidak segera ditangani, pembusukan itu bisa makin menjalar.
"Pada 2017 akhirnya mutusin buat diamputasi, Alhamdulillah lancar. Selama masa penyembuhan, saya 2 bulan enggak keluar dari kamar karena enggak bisa ngapa-ngapain,” katanya.
Hingga akhirnya, 2 bulan setelah menjalani masa penyembuhan, Dimas memberanikan diri untuk beranjak ke luar rumah. Saat itu, rasa bahagia langsung menyelimuti Dimas yang memang sudah 2 tahun hanya bisa berbaring di kamarnya.
Dimas pun sering berinteraksi dengan komunitas difabel, setahun selanjutnya Dimas diberi bantuan kaki palsu untuk menunjang mobilitasnya. Sejak saat itu, semangat Dimas makin tinggi karena ia punya keinginan untuk bisa membahagiakan kedua orang tuanya.
"Yang pertama saya lakukan adalah mengejar pendidikan yang sempat tertinggal dengan mengikuti sekolah persamaan paket C," katanya.
Setelah itu, Dimas memutuskan untuk berkuliah di salah satu kampus swasta di Bekasi. Jalan Dimas makin terbuka tatkala sebuah perusahaan ekspedisi pengiriman barang menerimanya sebagai pegawai pada 2021 lalu.
“Sekarang kerja di pengiriman barang, Alhamdulillah gajinya juga cukup buat saya,” katanya.
Adanya bantuan kaki palsu yang lebih elastis, kata Dimas, bisa digunakan untuk menunjang mobilitasnya sehari-hari. Ia pun punya cita-cita melanjutkan mimpinya menjadi seorang atlet tenis lapangan. Mimpi itu sempat tertunda, ketika Dimas mengalami kelumpuhan hingga kaki kanannya harus diamputasi.
“Pengennya main tenis lapangan lagi. Tahun kemarin saya udah coba ikut latihan di NPCI (National Paralympic Commite of Indonesia) Bekasi, tapi sekarang lagi vakum. Ya pengennya bisa jadi atlet supaya bisa membanggakan orang tua,” katanya.
Sementara menurut, Direktur Rumah Amal Salman Agis Nurholis mengatakan, 7 difabel yang mayoritas pelajar mendapat bantuan kaki dan tangan palsu prostetik dari yayasannya. Agis mengatakan, inovasi dari para ahli ITB ini akan terus dikembangkan untuk menunjang para difabel supaya bisa melanjutkan mimpi mereka meski hidup dalam kondisi keterbatasan.
“Tugas kami merupakan penghubung inovator dengan penerima manfaat seperti penyandang disabilitas ini. Alhamdulillah dengan bantuan donator, mereka sekarang bisa punya kesempatan untuk melanjutkan mimpi-mimpinya supaya tercapai,” katanya.
Menurut Manager of Scholarship & Education Empowerment YBM BRILiaN.
Irfanul, pada kolaborasi ini, YBM BRILiaN merasa termotivasi karena berdasarkan data dari Badan Pusat Statistis (BPS), menyebutkan 30,7 persen penyandang disabilitas di Indonesia tidak tamat sekolah
sampai tingkat pendidikan menengah.
Hal ini, kata dia, menjadi perhatian bagi YBM BRILiaN agar para penerima manfaat bisa tetap melanjutkan pendidikan tanpa harus merasa terbatas.
“Program disabilitas ini sejalan dengan tujuan YBM BRILiaN untuk menghadirkan program yang bermanfaat dan berdampak bagi mustahik. Kami ingin agar penyandang disabilitas bisa tetap bersekolah, memiliki mimpi, harapan, dan kesempatan untuk tetap bisa mewujudkan cita-citanya,” paparnya.
Irfanul Arifin, juga memberikan apresiasi kepada para inovator yang telah menciptakan teknologi berupa kaki
dan tangan palsu prostetik sehingga bisa dimanfaatkan oleh para penyandang disabilitas.
"Teknologi ini benar-benar tepat guna, sebab bisa menjawab kebutuhan para penyandang disabilitas, membantu
mereka memiliki semangat baru untuk menjalani aktivitas yang sama seperti orang lain," katanya.