Drama Agensi Idol Gen Pertama Berlanjut, Korban Baru Angkat Suara
SEOUL -- Mantan trainee sebuah agensi hiburan Korea Selatan angkat suara tentang kekerasan yang diterimanya. Pemilik agensi tersebut disebut sebagai seorang idol dari generasi pertama.
Trainee A ini muncul pada 6 Juni lalu dan mengungkapkan dia mendapatkan kekerasan selama mengikuti pelatihan idola. Bahkan dia akhirnya memutuskan untuk melepaskan impiannya.
"Saya mengalami kekerasan oleh idola terbaik dari generasi pertama dan melepas impian saya. Saya ingin menerima permintaan maaf. Saya adalah seorang peserta pelatihan di sebuah perusahaan hiburan yang diwakili olelh anggota grup idola terkenal generasi pertama," tulis trainee A saat itu.
Kejadian tersebut terjadi enam tahun lalu. Namun kenangannya masih sangat jelas terasa oleh trainee A. Kekerasan yang dialaminya di antaranya adalah penamparan dan intimidasi.
Namun pada Jumat (10/6/2022), trainee A tiba-tiba meminta maaf atas keributan yang terjadi setelah dia mengungkapkan kisahnya di forum internet. Dia menyebut kesalahpahaman telah diselesaikan.
"Pada tanggal 8 saya menghubungi dan menemuinya. Ada banyak kesalahpahaman disana. Kami saling meminta maaf atas kesalahan satu sama lain," tulis trainee A.
Namun dilansir dari laman Naver, korban baru pun bermunculan dari mantan karyawan yang menuntut kerugian atas kekerasan yang didapatkan selama bekerja di agensi tersebut.
Karyawan B adalah seorang manajer yang mengundurkan diri pada 2014 setelah tiga bulan bekerja di agensi tersebut. Dia keluar karena sikap tidak senonoh dari idol tersebut. Dia mengklaim tidak mendapatkan tunjangan setelah kepergiannya.
"Selama syuting, dia melepas kaus kakinya dan melemparkannya ke arah saya, saya merasa terhina," kata karyawan B.
CEO agensi tersebut bahkan sempat memintanya berbohong untuk dikirimkan ke pemilik gedung karena kantor basement banjir pada 2014 lalu. Dia pun menerima berbagai pelecehan verbal dari CEO tersebut.
"Saya memutuskan untuk mengundurkan diri setelah melihat CEO yang sepenuhnya menyalahkan staf dan melakukan pelecehan verbal," kata karyawan B.