Saat Minyak Goreng Lebih Mahal Dari Ayam, Warga Panik Ridwan Kamil Buat Intruksi
BANDUNG---Setelah sempat menjadi komoditas langka, minyak goreng sekarang justru membanjiri pasar. Namun, harganya mengalami kenaikan. Dari Rp 38 ribu per dua liter sekarang menjadi Rp 47 ribu.
Bahkan, harga minyak goreng ini lebih mahal dari harga daging ayam. Perkilo gramnya, daging ayam dipatok Rp 36 ribu. Saat harganya naik pun, daging ayam tak lebih dari Rp 40 ribu.
Kondisi ini, tentu memicu kepanikan di kalangan emak-emak warga Kota Bandung dan sekitarnya. Dulu kesulitan mencari minyak goreng harus antri, sekarang kesulitan mencari uangnya.
Menurut Heppi Hapsari (48 tahun) Warga Jalan Gatot Subroto, harga minyak goreng sekarang sangat mahal. Semua emak-emak, harus mengeluarkan uang lebih untuk membeli komoditas ini.
"Gaji kan ga naik, sekarang harga minyak mahal gini mau gimana. Ini baru minya goreng loh, belum daging, telur, bumbu. Rasanya harga kebutuhan ini makin berat," ujar Heppi kepada //Republika//.
Menurut Heppi, sebagai ibu rumah tangga dengan gaji suami yang pas-pasan, mau tak mau ia harus melakukan pengiritan.
"Ya paling, kalau masak minyaknya sedikit dikurangi. Jadi agak awet minyaknya. Semoga dengan gini ga kolesterol juga," katanya.
Senada dengan Heppi, Warga Soreang Kabupaten Bandung, Novi Nurul, mengeluhkan kenaikan harga minyak goreng yang cukup tinggi. Ia khawatir, akan memicu kenaikan harga makanan yang lain.
"Aku mah khawatir aja kenaikan minyak goreng merembet ke harga bahan pokok lainnya. Terutama jajanan yang pakai minyak, kayak batagor, seblak dan lainnya," katanya.
Sementara menurut warga Lembang, Rachmawati, ia merasa berat dengan kenaikan harga minyak goreng ini. Tapi, bagaimana lagi karena tak ada pilihan harus dibeli juga. Namun, ia menyiasatinya dengan lebih berhemat menggunakan minyak.
"Ya gimana lagi, dari pada langka susah nyarinya kalau beli harus antri. Ya udah harga mahal juga dibeli yang penting ada," katanya.
Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil pun menegaskan, pemerintah daerah akan mencari cara untuk mengatasi gejolak harga minyak goreng di masyarakat, terutama masyarakat berpenghasilan rendah. Semuanya, dilakukan dalam rangka menjaga ketahanan pangan.
Bahkan, menurut Ridwan Kamil, jika diperlukan caranya melalui Operasi Pasar (OP). Namun, operasi pasar tidak didesain untuk selamanya karena dibatasi oleh stok dan situasi lapangan.
"Ini sungguh menjadi sebuah fenomena yang membuat prihatin," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil dalam akun instagram miliknya @ridwankamil.
Dalam cuitannya Emil menulis, "Aturan HET (Harga eceran tertinggi) sudah dicabut Kemenko Perekonomian, tidak lagi 14 ribu, tetapi diserahkan pada fluktuasi pasar. Sehingga terpantau harga 1 liter migor kemasan bisa 23-25 ribu rupiah. Minyak curah no kemasan akan tetap di 14 ribu karena akan ada subsidi," katanya.
Menurut Emil, walaupun produksi dan distribusinya adalah kewenangan pusat, namun jika ada masalah di lapangan, bagaimana pun pemerintah daerah juga terus mencari cara agar kebutuhan pokok ini selalu tersedia dan selalu terjangkau harganya.
"Saya perintahkan Kadis Indag untuk fokus di bulan-bulan ini menjelang Hari Besar dan Keagamaan Nasional (HBKN) untuk berkeliling melakukan pemantauan kondisi di 27 kota/kabupaten," katanya.
Emil berharap, Pemerintah Pusat bisa menemukan solusi yang konkrit dan berkelanjutan secepatnya. Tidak hanya dari sisi suplai tapi juga manajemen distribusinya dan keterjangkauan harganya.
"Doa dari saya, semoga bapak ibu semua, Allah mudahkan dan diberi kelimpahan rezeki. Aamiin," tambahnya.
Sementara itu, Kementerian Perdanganan sudah mengeluarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 11 tahun 2022 tentang Penetapan Harga Eceran Tertinggi Minyak Goreng Curah yaitu sebesar Rp. 14.000,- per Liter atau Rp. 15.500,- per KG sudah termasuk pajak penambahan nilai.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jabar Iendra Sofyan mengatakan, operasi pasar dilakukan dalam situasi menjaga ketahanan pangan seperti HBKN diantaranya menjelang bulan Ramadan dengan beberapa kriteria di antaranya lokasi dan sasaran yang tepat.
"Kami berencana melakukan OP menjelang Idulfitri untuk komoditas minyak goreng, tepung, hingga gula kristal. Tapi masih menunggu berapa jumlah penerimanya dan petunjuk pelaksanaan dari Bapak Gubernur," katanya.
Selain itu, melalui PT Agro Jabar yang merupakan BUMD bidang pangan ikut menjaga ketersediaan. Diharapkan masih ada stok dengan harga HET sebelumnya. N Arie Lukihardianti