Belasan Pahlawan Devisa Asal Bandung Bekerja ke Negeri Sakura Rawat Lansia
Sebanyak 13 warga Kota Bandung akan berangkat ke Jepang untuk bekerja. Pekerjaan yang bakal dijalani selama di Jepang yaitu sebagai 'care worker' atau perawat lansia yang ada di rumah sakit daerah di Kota Toyota.
Sebanyak 13 warga Bandung ini ditempatkan di beberapa pelayanan kesehatan yang disebar di kota Toyota seperti Gunma, Shiga, Fukuoka, Nigata hingga Kagoshima.
Para perawat lansia yang akan berangkat ke Jepang, lulusan Poltekkes Kemenkes Bandung, SMKN 15 Bandung, SMK Madani Bandung, Stikes Aisyiyah Bandung, SMK ICB Cinta Teknika, Poltekkes TNI AU Ciumbuleuit. SMK Bhakti Kencana dan Universitas Padjadjaran.
Perusahaan yang akan menaungi para pekerja tersebut yaitu Medical Corporation Yuhokai, Social Welfare Corporation Yotsubakai, Social Welfare Corporation Djunkai, Social Welfare Corporation Mokuseikai, Cedar Co. LTD, Pine Co., LTD, Social Welfare Corporation Chuetsuro, Social Welfare Corporation Shuho Kai.
Sebanyak 13 perawat lansia itu kelahiran 1996 hingga 2002 itu akan berangkat dalam waktu dekat, di antaranya pada 25 Maret 2022 hingga bulan April mendatang.
Salah satu peserta yang akan berangkat, Endah Permatasari (26) merasa bersyukur terpilih untuk bekerja di Jepang.
"Saya lulus D3 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Bandung. Alhamdulilah dari Disnaker Kota Bandung bisa memberikan pekerjaan di Jepang. Saya sekitar 3 tahun lamanya disana mengurus lansia," ujar Endah, Jumat (18/3).
Endah yang masih muda mengaku baru pertama kali mengurus lansia nantinya. Namun ia akan bekerja dengan sungguh-sungguh dan bisa menjadi pengalaman tersendiri.
"Baru pertama kali. Senang bisa cari pengalaman di luar negeri apalagi di Jepang. Di negeri benar disiplin terutama waktu," katanya.
Menurut Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung, Arief Syaifudin, program ini merupakan tindak lanjut MoU bersama Toyota city dengan Pemkot Bandung. Pemkot Bandung menyiapkan perawat lansia untuk diberangkatkan ke Kota Toyota.
"Pada tahun 2020 program pelatihan bahasa dan budaya Jepang. Pada saat itu kami rekrut dari kursus beberapa lulusan SMK, D3 dan S1 keperawatan," katanya.
"Saat itu tidak mengurangi semangat kami adakan juga online untuk pelatihan. Kami laksanakan kegiatan pelatihan selama 5 bulan. Target level N4," katanya.
Untuk gaji, kata Arief, relatif mencukup yaitu sekitar Rp 15-25 juta per bulannya. Jika para peserta lulus ujian nasional di Jepang otomatis berlanjut.
"Kegiatan MoU ini punya waktu 5 tahun. Pendapatan para pekerja ini tahun pertama Rp 15 juta, tahun berikutnya Rp 20 juta hingga Rp 25 juta," katanya.
Biasanya, kata dia, gaji memang semakin besar jadi 'care worker' bersertifikasi. "Dalam ujian nasional Jepang bertahap sampai 3 kali. Kalau tidak lulus, maka kembali (ke Indonesia), jika lulus bisa sampai 2 hingga 5 tahun," katanya.
Menurutnya, pemerintah Jepang menanggung fasilitas tiket pesawat hingga pondok tempat tinggal.
"Pihak Jepang banyak fasilitas yang diberikan, seperti tiket pesawat, pondokan hingga gaji pertama saat datang susah dikasih," katanya. Arie Lukihardianti