Masjid Lautze 2 Bergaya Asitektur Tionghoa, Jadi Pusat 'Log In' di Kota Bandung
BANDUNG---Tak hanya terkenal dengan kuliner, Kota Bandung pun terkenal dengan bangunan ikonik dan art deconya. Salah satu bangunan yang cukup ikonik di Kota Bandung adalah Masjid Lautze 2 yang terletak di Jalan Tamblong Kota Bandung.
Sekilas, bangunan masjid ini terlihat seperti kelenteng. Karena, sangat mencolok dengan warna merah di setiap ornamennya.
Karena memang, masjid tersebut memiliki gaya arsitektur khas Tionghoa. Mulai dari lampion dan juga ornamen warna merah dan kuning yang mengiasi bagian dalam bangunan masjid.
Namun, hingga saat ini daya tarik Masjid Lautze belum pudar hingga saat ini. Ternyata, saat ini Masjid Lautze menjadi salah satu pusat Log In atau mualafnya warga di Kota Bandung. Hingga saat ini, jumlah warga yang masuk islam di masjid Lautze mencapai 258.
“Awalnya, masjid ini sekitar tahun 1997 dibuka dan luasnya hanya sekitar 6x9 meter. Namun sambil berjalan, kami telah melakukan pelebaran. Sehingga untuk saat ini saja, kami bisa menampung hingga 800 jemaah saat salat Jumat,” ujar Ketua DKM Masjid Lautze 2 Bandung, Rahmat Nugraha dikutip dari rilis Humas Pemkot Bandung.
Rahmat mengatakan, letak Masjid Lautze 2 yang sangat strategis. Yaknk, berada di tengah kota dan pinggir jalan raya menjadikan masjid ini penuh berkah dan mudah memantik perhatian.
Hal ini juga, kata dia, berpengaruh pada program reguler maupun program di bulan Ramadan, yang dijalankan oleh DKM.
Karena antusias warga sekitar, juga bertambahnya jemaah masjid ini seiring waktu, pihak DKM juga meminta izin agar dapat menutup sebagian ruas Jalan Tamblong saat pelaksanaan ibadah Shalat Jumat.
Haslinya, sekitar 800 jemaah bisa ditampung di masjid ini. Padahal awalnya, Masjid Lautze 2 memiliki jemaah kurang dari 100 orang.
Masjid Lautze 2 merupakan ‘cabang’ dari Masjid Lautze 1 di kawasan Pecinan Jakarta. Melansir dari berbagai sumber, Masjid Lautze pertama kali didirikan seorang muslim keturunan Tionghoa, Haji Ali Karim tahun 1991 melalui Yayasan Haji Karim Oei (YHKO).
Sementara penamaan Masjid Lautze diambil dari nama jalan di Jakarta, kantor pusat YHKO, yakni Jalan Lautze 87-89 Pasar Baru, Jakarta Pusat. Di Bandung, Masjid Lautze 2 berdiri sejak tahun 1997.
Penyebutan angka satu dan dua di belakang nama Masjid Lautze, disebut-sebut untuk membedakan saja, mana Masjid Lautze yang terletak di Pecinan, Jakarta, mana Masjid Lautze yang ada di Kota Bandung.
Rahmat menjelaskan Masjid Lautze 2 menjadi tempat bagi saudara-saudara yang hendak menjadi mualaf sebagai tempat mengucap ikrar syahadat.
Sejak tujuh tahun ke belakang, Rahmat menyebut telah ada sebanyak 258 mualaf yang kemudian menjadi jemaah Masjid Lautze 2. Latar belakang para mualaf ini pun beragam dan majemuk.
“Karena letak Masjid Lautze 1 di Jakarta itu di kawasan Pecinan, boleh jadi jemaahnya identik dengan keturunan Tionghoa. Nah, kalau di kami, ini rasanya lebih majemuk. Saudara-saudara yang mengucap ikrar syahadat pun lebih majemuk latar belakangnya,” ujar Rahmat.
Menurutnya, bukan dari keturunan Tionghoa saja, tapi juga ada dari berbagai warga di belahan dunia. Misal dari Prancis, Australia. "Dan untuk Indonesia-nya, ada dari berbagai suku asal Indonesia,” katanya.
Untuk memakmurkan masjid, DKM Masjid Lautze 2 ini juga merangkul pemuda serta Karang Taruna di wilayah tersebut. Secara geografis, letak Masjid Lautze ini berada di Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung.
“Butuh waktu satu hingga dua tahun untuk kami melakukan pendekatan. Alhamdulillah, sekarang Masjid Lautze tidak lagi terkesan ekslusif. Kami lebih terbuka,” kata Rahmat.
Makmur lewat Program Rutin
Sepanjang perjalanannya, berbagai kegiatan kerohanian umat muslim ada di Masjid Lautze 2. Mulai dari salat berjamaah 5 waktu, pengajian ibu-ibu, pengajian anak, dan satu lagi yang menarik adalah pengajian para mualaf.
Hal ini disebut Rahmat karena Masjid Lautze menjadi tempat di mana para mualaf yang tadi disebutkan, memilih Masjid Lautze sebagai tempat mengucap ikrar syahadat.
“Kami juga menggandeng Rumah Amal Salman, dan kolaborator lainnya agar program reguler ini berjalan,” kata Rahmat.
Spesial di bulan Ramadhan, Masjid Lautze 2 juga membagikan takjil dan iftar gratis bagi umat muslim yang hendak berbuka puasa di sekitar kawasan masjid.
Sekitar 700-1.000 kurma dan air mineral, lalu 250-300 makanan berat disiapkan untuk kemudian dibagikan. Rahmat menyebut, makanan-makanan ini merupakan bantuan dari berbagai pihak, salah satunya saudara-saudara mualaf baru yang menjadi jemaah Masjid Lautze 2.
“Kegiatannya bersifat sosial. Kita sediakan takjil on the street. Kami sediakan 800 sampai 1.000 kurma dan air mineral, lalu ada 250 sampai 300 iftar. Kateringnya kita didukung oleh saudara-saudara baru kita (mualaf) di Masjid Lautze,” paparnya.
Di bulan Ramadhan ini, Masjid Lautze juga menggelar ibadah Shalat Isya dan disambung dengan Shalat Tarawih.