Ini Cara Unik Cadisdik Wilayah IV Jabar Kampanye ke Siswa Tak Buang Sampah Sembarangan
BANDUNG----Dinas Pendidikan (Disdik) Jawa Barat melalui Cabang Dinas Pendidikan (Cadisdik) Wilayah IV Jawa Barat atau Wilayah Purwakarta, memiliki cara unik untuk mengkamapanyekan pada siswa agar tak membuang sampah sembarangan.
Cadisdik, mengajak peserta didik mengangkat kembali kearifan lokal tentang menjaga kebersihan dengan Games. Namun, Games yang digulirkan ini bukan sebuah permainan, melainkan singkatan dari "Gerakan Memungut Sampah".
Program Games sendiri adalah upaya Cadisdik Wilayah IV Jabar untuk mensyiarkan praktik-praktik baik yang mengadopsi nilai-nilai kekinian. Jadi, peserta didik melakukan kegiatan memungut sampah di sekolah dan mengunggahnya pada media sosial, seperti Instagram, Youtube dan yang lainnya.
"Nilai-nilai kearifan budaya lokal ini kita adopsi, disesuaikan dengan hal kekinian. Dengan cara kita publish pada saat memungut sampah ini difoto dan itu menjadi kebanggaan. Di IG di Twitter. Baik sekolah, maupun pribadi siswa dan guru," ujar Kepala Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Wilayah IV Jawa Barat, Ai Nurhasan.
Program Games, menurut Ai Nurhasan, telah digulirkan di sekolah baik itu SMA, SMK dan SLB negeri juga swasta yang berada di Kabupaten Subang, Karawang dan Purwakarta. Serta dilakukan setiap hari Jumat pagi dengan jam yang flexibel.
"Tetapi prinsipnya kita harapkan ini menjadi sebuah kultur atau budaya karena diulang-diulang dan ini menjadi kebiasaan," katanya.
Ai Nurhasan menilai, kegiatan bersih-bersih di lingkungan masyarakat memang sudah menjadi kultur sejak dulu. Di mana sebelumnya ada yang disebut dengan Jumat Bersih (Jumsih), Gerakan Sehat dan lain sebagainya.
Melalui Games ini, pihaknya mencoba mengangkat nilai-nilai kearifan lokal tersebut dengan cara yang tidak membosankan lantaran seluruh warga sekolah dapat mengunggah gerakan tersebut di media sosial. Tujuannya nilai kebaikan harus disebarluaskan agar dan ditularkan sehingga dapat diikuti oleh yang lainnya.
"Kalau ini dilakukan berulang-ulang akan menjadi kebiasaan, jadi yang anak anak share juga itu menjadi hal positif. Sehingga jangan selalu share tentang keburukan orang, ngomongin orang, atau status status yang kadang tentang galau yang di-share di media sosial," paparnya.
Menurutnya, ada beberapa hal yang melatarbelakangi gerakan tersebut, di antaranya sebagai bentuk kepedulian lingkungan pendidikan terhadap lingkungan masyarakat. Mengingat, urusan soal sampah tak jarang menjadi masalah pelik dengan berbagai macam penyebabnya.
Ai Nurhasan menilai, salah satu penyebabnya adalah masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya. Berkaca pada fenomena tersebut dia mengajak setiap sekolah di wilayah KCD IV untuk menunjukan diri dalam kepedulian terhadap kebersihan lingkungan.
"Games ini salah satu bentuk pembiasaan kepada anak didik kita untuk betul-betul menghargai lingkungan, mulai dari lingkup yang terkecil. Yaitu sampah, dengan harapan ini meluas dilaksanakan di masyarakat. Bukan hanya di sekolah," katanya.
Ciri keberhasilan program Games ini, kata dia, diharapkan dapat mendorong pembudayaan memungut sampah ini untuk warga sekolah, termasuk peserta didik.
Sebab, kata dia, manfaat hal tersebut akan jauh lebih kuat dan masuk ke dalam sanubari anak didik di mana dan kapan pun mereka berada. Dengan dilakukan secara rutin di hari Jumat, kebiasaan memungut sampah pun akan merembet ke hari lainnya.
"Nemu sampah dibuang, bukan ditendang. Itu yang paling utama. Efek sampingnya, tentu sekolah jauh lebih bersih," katanya.
Kemudian, kata dia, respek dan respon bukan hanya terhadap lingkungan saja, tetapi dengan apapun yang ada di sekitar kita itu akan tumbuh dan berkembang di lingkungan sekolah.
Ai Nurhasan berharap, syiar kebaikan dengan Games ini dilakukan secara masif oleh peserta didik. Jika dengan satu orang siswa saja yang mengambil satu sampah itu akan bermanfaat, maka jika ada satu juta siswa melakukan hal yang sama tentu akan banyak kebaikan dan manfaat yang didapatkan.
Sementara menurut Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Jawa Barat Dedi Supandi, pemanasan global merupakan satu dari tiga disrupsi yang akan dihadapi ke depan. Dengan mengajak peserta didik untuk melakukan aksi nyata lewat gerakan membuang sampah maka menandakan dunia Pendidikan di Jabar telah merespon ancaman tersebut.
“Karena itu jangan menyepelekan kebiasaan membuang sampah pada tempatnya. Yang kita tahu, tumpukan sampah dapat mengeluarkan gas yang berakibat terjadinya global warming. Mulai dari sekolah, kita merespon ancaman tersebut dengan melakukan aksi nyata memungut sampah,” papar Dedi Supandi.