Home > Bandung Pisan

Seniman Yogyakarta dan Bali 'Tarung Grafis' di Lawangwangi Bandung

Pameran ini terdiri dari 2 kubu, dengan total 26 seniman yang terdiri dari 13 seniman yang berasal dari Jogja dan 13 seniman dari Bali
Seni Grafis karya salah satu seniman yang dipamerkan di Lawangwangi/Edi Yusuf Republika
Seni Grafis karya salah satu seniman yang dipamerkan di Lawangwangi/Edi Yusuf Republika

BANDUNG---ArtSociates mempersembahkan sebuah pameran bersama seniman asal Bali dan Jogja dengan judul “Tarung Grafis”. Pameran yang digelar dari 13 Mei hingga Juni 2022 di Lawangwangi Jl Dago Giri no 99 A Bandung ini, bekerja sama dengan Devfto Printmaking Institute dari Ubud Bali yang dirintis oleh Devy Ferdianto dan Miracle Prints Artshop & Studio dari Jogja yang dirintis oleh Syahrizal Palevy.

Menurut Direktur ArtSociates, Andonowati, pameran ini tidak hanya menawarkan wacana soal perkembangan seni grafis tanah air. Tapi juga menawarkan perpanjangan artistik dari seni grafis yang hadir melalui karya-karya yang ketat dalam konvensi seni grafis maupun yang keluar dari seni grafis tersebut ataupun expanded.

"Seni grafis, merupakan medium atau kategori seni rupa yang bersandar pada konvensi teknik dan edisi yang cukup ketat. Klasifikasi dalam seni grafis ditentukan oleh teknik dan jenis acuan cetaknya (matrix)," ujar Andonowati dalam siaran persnya, Senin (23/5).

Demikian pula, kata dia, soal edisi merupakan kekhususan dan menjadi konvensi seni grafis. Para pegrafis konvensi akan berpegang pada kesepakatan tersebut dalam menetapkan batasan bagi karya seni grafis. Karya-karya yang tidak dilandasi oleh konvensi tersebut, bagi para pegrafis “murni” bisa jadi bukan termasuk dalam kategori seni grafis.

Pada sisi lain, menurut Andonowati,

terobosan, penyeberangan atau bahkan pembubaran ketegori merupakan dorongan yang selalu hidup dalam diri seniman, khususnya di era seni rupa kontemporer.

Karena itu, kata dia, selalu muncul dorongan dari para seniman berlatar belakang seni grafis untuk bereksperimen melampaui konvensi seni grafis. Hampir seluruh karya dari kubu Bali dikerjakan di Devfto.

Hal itu menunjukkan sebagai pola produksi karya seni grafis hasil kolaborasi antara seniman dan master printer. "Sebagian besar seniman kubu Bali bukan pegrafis mandiri, kebanyakan dikenal sebagai pelukis atau multi-media," katanya.

Sedangkan kubu Jogja, kata dia, berisi pasukan yang sebagian besar memang dikenal sebagai pegrafis. Karya kubu Jogja hadir sesuai dengan konvensi seni grafis maupun expanded. Beberapa mencetak karyanya tidak di kertas, melainkan pada kanvas. Bahkan, ada yang menggunakan aluminium. Cukup banyak karya dengan ukuran yang besar, atau sangat kecil.

Selain itu, ada pula karya grafis instalasi. Hal ini menarik, sebab kubu Bali yang banyak diisi oleh para pelukis, justru menampilkan karya-karya cetak grafis konvensi. Sebaliknya karya-karya pegrafis Jogja dalam pameran ini sebagian justru merupakan karya expanded.

Pameran ini terdiri dari 2 kubu, dengan total 26 seniman yang terdiri dari 13 seniman yang berasal dari Jogja dan 13 seniman dari Bali. Pameran ini terselenggara dan dipicu oleh dialog antara Devy dan Syahrizal Bersama dengan kedua kuratornya yaitu Asmudjo J Irianto dan Tisna Sanjaya mengenai perkembangan seni grafis.

Rangkaian acara dari pameran ini, kata dia, ada tur kuratorial yang diselenggarakan pada hari pembukaan tanggl 13 Mei 2022 pameran pukul 5 sore, dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada 3 karya terbaik.

Penghargaan tersebut dinilai berdasarkan keputusan 5 juri yang terdiri dari Andonowati, Asmudjo J Irianto, Konfir Kabo, Simon Tan, dan Tisna Sanjaya. "Harapannya pameran ini bisa menawarkan antusiasme, renungan dan perkembangan untuk seni grafis tanah air," katanya.

Mulai tahun 2022, kata dia, Artsociates berkomitmen untuk mendukung perkembangan seni grafis Indonesia melalui berbagai program seperti residensi dan pameran. Melihat fenomena karya edisi/multipel dalam NFT misalnya yang juga sangat khas seni grafis rasanya dibutuhkan lingkungan kerja seniman yang baik dan dukungan terhadap studio cetak grafis yang sudah cukup tersebar di kota-kota besar.

Selain program pameran dan residensi seniman yang sedang berjalan, kata dia, Artsociates juga berencana meluncurkan platform Hybridium. Platform yang mendukung karya Prints & Multiple yang akan beroperasi secara daring-luring, sebagai usaha untuk memperluas jangkauan seni grafis Indonesia ke pasar nasional dan global.

Artsociates berharap, kata dia, bisa membuka kemungkinan lebih luas dalam perkembangan seni cetak grafis Indonesia, memberi kesempatan bagi masyarakat untuk mengenal lebih dalam tentang medium ini dan pada akhirnya juga membuka peluang tumbuhnya dan semakin kuatnya komunitas seni grafis.

Seniman:

JOGJA:

Agung Pekik

Angga Sukma Permana

Ariswan Adhitama

Fakri Syahrani

Fitri Dwi Kurniasih (Fitri DK)

Jajang Kawentar

Putra Eko Prasetyo

Reno Megy Setiawan

Syahrizal Pahlevi

Windi Delta

Yassir Malik

Yanwar Nugroho

Yanal Desmond Zendrato

BALI:

Agugn Prabowo

Chusin Setiadikara

Dewa Made Johana

Devy Ferdianto

Handy Saputra

Ida Bagus Putu Purwa

I Made Wiradana

I Made Palguna

Irene Febry

Kadek Dwi Darmawan

Putra Wali Aco

Satria Nugraha

Wayan Upadana. Arie Lukihardianti

× Image