Diversity of Nusantara Art Hadir di KJRI New York City
NEW YORK--Diversity of Nusantara Art "DNA" adalah tema pameran seni rupa yang mengangkat ekspresi artistik dua perupa Indonesia yang tinggal di Bandung dan New York City. Meski lokasi mereka berbeda, keduanya berakar pada budaya Indonesia. Kedua perupa ini adalah Warli Haryana sebagai praktisi seni dan pendidik seni, dosen Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Pendidikan Seni dan Desain, Universitas Pendidikan Indonesia (FPSD UPI) dan Jo Cowtree sebagai praktisi seni Bolabali New York.
Warli Haryana, sebagai seorang praktisi seni dan pendidik seni, memberikan gagasannya bahwa sebagai pendidik, setiap karya yang diciptakannya harus memiliki misi edukasi. Ia, memamerkan karya-karyanya dengan mengusung tiga penanda, yaitu Menari di Bulan, Nafsu Jiwa, dan Wahyu Tohjali.
Pada karyanya, Warli mengajak generasi gen-z untuk selalu berkarya dan tidak melupakan jati dirinya, agar masyarakat dunia mengetahui budaya Indonesia. Warli juga memberikan pandangannya sebagai masyarakat dunia, sudah sepatutnya menjaga keberagaman, untuk bersatu membangun keharmonisan dan keselarasan. Seperti halnya karya Warli ini yang terinspirasi dari filosofi tradisi wayang, yang diekspresikan dengan keselarasan teknologi melalui pendekatan seni kontemporer sebagai seni hybrid (analog dan digital).
Sementara Karya Jo Cowtree, memadukan kesederhanaan, keanggunan, dan seni primitive Papua dengan batik dari Jawa, Indonesia. Dengan menggunakan unsur-unsur alam dan simbol-simbol dari kedua budaya tersebut, Cowtree menciptakan ekspresi baru yang eksotis. Budaya Papua, khususnya suku Asmat, dikenal dengan kesederhanaan dan ritualnya yang kuat, memengaruhi Cowtree untuk menggunakan warna-warna tanah seperti oker cokelat, dan putih yang dibingkai dengan kontur hitam yang magis. Sebaliknya, keanggunan batik diaplikasikan secara ornamen dan eksotis, berpadu secara harmonis.
Kerinduan Cowtree terhadap alam tropis Indonesia saat tinggal di Amerika tetap hidup melalui imajinasi dan kreasi yang selalu terbuka terhadap seni barat modern. Melalui karya ini, Cowtree ingin memperkenalkan sebagian kecil keindahan dan kekayaan budaya Indonesia, memamerkan bagaimana seni dapat menjembatani budaya dan memberikan inspirasi tanpa batas.
Kegiatan pameran ini diselenggarakan oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI), New York Amerika Serikat dan bekerjasama dengan UPI. Adapun Pameran Diversity of Nusantara Art "DNA" ini dibuka secara resmi oleh Konsul Jenderal (Konjen) RI di New York Winanto Adi, dan dilanjutkan sambutan oleh Rektor UPI Prof. Dr. Solehuddin, M.Pd., MA., yang berlangsung Ahad (24/11/2024).
Winanto Adi, menyampaikan apresiasinya atas penyelenggaraan pameran seni rupa yang mengusung misi budaya Indonesia di kancah internasional, khususnya di New York, Amerika Serikat.
“Kota New York merupakan salah satu pusat seni rupa dunia, dan merupakan hal yang sangat baik bagi Indonesia untuk berperan dalam memperkenalkan kebudayaannya di sini. Apalagi bertepatan dengan hari wayang sedunia yang diakui UNESCO, bahwa wayang sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity atau warisan budaya tak benda milik Indonesia yang ditetapkan pada tanggal 7 November 2013,” ujarnya.
Dalam sambutannya Prof Solehuddin sangat mengapresiasi atas karya Warli Haryana dan Jo Cowtree, yang berupaya melestarikan budaya bangsa lewat karya seninya.
“Seni yang telah diciptakan oleh kedua perupa bukan hanya sebagai keindahan visual semata, tetapi karya seninya juga sebagai media dalam menyampaikan nilai-nilai filosofis warisan budaya.” Kata Prof Solehuddin.
Begitu pula Dale Willman seorang jurnalis dan fotografer Newscaster, NPR dari Saratoga Albany New York, memberikan tanggapannya bahwa karya-karya Warli Haryana memilliki tema dan bentuk karya yang luar biasa, unik dan ikonik memberikan nuansa budaya cermin Indonesia.
“Setiap gagasan Warli yang diungkapkan melalui cerita dan dirinya. Saya selalu menyukainya, bahkan dengan adanya Warli datang ke New York, saya sangat senang hati. Saya datang dari Saratoga ke Gedung KJRI di New York, dia teman baik saya," ujarnya
Warli pun diundang dan bahkan tinggal di rumahnya selama empat hari, dan diajari beberapa teknik fotografi dengan diajak praktek langsung diantaranya ke Lake George New York.***(Edi Yusuf)