Home > Umum

Masa Depan Indonesia Dipengaruhi oleh Kesehatan Mata Anak

Hari Penglihatan Sedunia 2024, kampanyekan kesehatan mata anak
Pelatihan komputer bicara untuk anak Difabel Netra (DN) oleh Syamsi Dhuha Foundation (SDF). Foto: Istimewa
Pelatihan komputer bicara untuk anak Difabel Netra (DN) oleh Syamsi Dhuha Foundation (SDF). Foto: Istimewa

BANDUNG—‘Love Your Eyes, Kids’ menjadi tema internasional Hari Penglihatan Sedunia atau World Sight Day (WSD) 2024 yang diperingati setiap kamis dan minggu kedua bulan Oktober untuk mengkampanyekan kesehatan mata terutama kesehatan mata anak-anak.

Memaknai WSD 2024, Syamsi Dhuha Foundation (SDF) LSM nirlaba yang bergerak di bidang kesehatan, pendidikan, pemberdayaan dan lingkungan mengadakan sejumlah kegiatan seperti program pelatihan komputer bicara untuk anak-anak Difabel Netra (DN) mulai 5 Oktober 2024 hingga November, webinar Deteksi Dini dan Penanganan Gangguan Penglihatan Pada Anak 12 Oktober 2024, dan webinar Be The Best Version of Yourself 16 Oktober 2024.

Rangkaian acara akan dilanjutkan dengan webinar Kesempatan dan Keterbukaan Akses untuk Disabilitas Netra Bekerja pada 26 Oktober 2024, serta audiensi ke Rektor UNPAD dan kunjungan ke kampus UNPAD Jatinangor yang sudah dilengkapi dengan pusat layanan disabilitas pada 28 Oktober 2024.

Terkait kegiatan SDF dalam rangka WSD, Rektor UNPAD Prof Arief S Kartasasmita mengatakan UNPAD menyambut baik kolaborasi dengan dengan berbagai pihak dalam hal penelitian dan pengembangan ilmu.

“UNPAD meyambut baik dan siap lakukan kolaborasi dari sisi penelitian, pengembangan ilmu dengan berbagai pihak praktisi kesehatan, rumah sakit, organisasi, relawan masyarakat, maupun pemerintah agar dapat tercapai peningkatan kualitas masyarakat khususnya anak-anak dari tahun ke tahun,’ ujarnya.

Semetara, terkait perkembangan kondisi kesehatan mata khususnya anak-anak saat ini, Direktur Utama Pusat Mata Nasional RS Mata Cicendo Antonia Kartika memaparkan, tantangan baru saat ini adanya endemi myopia yaitu gangguan penglihatan akibat refraksi. WHO meprediksi di tahun 2050 setengah penduduk dunia akan alami myopia. Hal ini tidak hanya terjadi di luar negeri, tetapi juga di Indonesia.

“Gangguan refraksi ini salah satu penyebab tertinggi gangguan penglihatan bahkan kebutaan, dan jika terjadi pada anak-anak akan berdampak buruk. Di usia pra sekolah, perkembangan motorik, bahasa, emosi dan kognitif 75% diproses melalui penglihatan. Jika penglihatannya terganggu maka sangat berpengaruh pada perkembangan hal tersebut. Di usia sekolah tentunya akan mengganggu proses pembelajaran. Indonesia akan alami bonus demografi 10 tahun mendatang, anak-anak akan jadi generasi penerus, sehingga sangat penting untuk melakukan deteksi dini dan terapi yang diperlukan untuk memastikan anak-anak tidak mengalami dampak buruk dalam perkembangannya,” pungkas Antonia.***(Edi Yusuf)

× Image